Minggu, 16 Mei 2010

bukan jutawan kaya

Suatu ketika si Fulan pulang kantor sehabis menerima gaji bulanan, berbinar mata dan riang hatinya menyusuri jalan menuju gang dirumah kontrakkanya. Dalam hati kecilnya berkata, tercapai juga aku menjadi orang kantoran, berpakaian rapi, sepatu megkilap, berdasi dengan irama rutinitas kerja yang jelas. Ketika melongok slip gaji dia merasa seperti berpijak di awan karena gembiranya. "Jutawan" ya Fulan adalah jutawan. Gaji yang diterima kini mencapai 2,5 juta per bulan, ya kini telah menjadi jutawan. Ini adalah gaji yang sama yang diterima oleh pegawai negeri sipil (PNS) di Indonesia setelah bekerja 20 tahun dengan golongan IV/a dengan pangkat pembina.

Tapi betapa terkejutnya Fulan karena 3 hari setelah gajian istrinya meminta uang belanja dan ongkos sekolah anaknya. Mulanya ia mau marah tetapi setelah dijelaskan oleh istrinya dia jadi bengong penuh keheranan.
1. Kontrak rumah Rp. 400.000,-
2. Belanja bulanan Rp. 800.000,-
3. Bayar listrik Rp. 200.000,-
4. Bayar SPP dan sekolah anaknya 3 orang Rp. 450.000,-
5. Pegangan Fulan untuk ongkos kekantor satu bulan Rp. 500.000,-
6. Belanja sayur harian dan ongkos sekolah anak 3 hari Rp. 150.000,-
Total pengeluaran 3 hari sehabis gajian 2.500.000,-

Fulan yang telah menjadi jutawan bingung keheranan, esok pagi dan pagi-pagi berikutnya bagaimana. Iapun bertanya dalam hati" bagaimana guru-guru pns bisa hidup layak?" apalagi orang yang penghasilanya tidak jelas?
Tapi apalah artinya keluhan. Yang pasti adalah "masih ada harapan dipagi menjelang".

BUKAN MANUSIA BIASA

Entah kegilaan apa pada masa ituatau mungkin sekedar ikut-ikutan kata teman yang lebih dewasa atau karena keterbatasan wawasan dan pengetahuankuakuberangan-angan  kecil aku dimanja-besar foya-foya-tua kaya raya-dan mati masuk surga”. Indah bukan? Yah itulah angan-anganku yang pada masa itu tak kumengerti dengan jelas apa maksudnya.

Saat ini ketika usia dewasa telah beriring dengan jalan kehidupanku, aku teringat dengan angan-angan itu. Angan-angan itu sering kuucapkan meski hanya untuk mengundang tawa teman-teman ketika sedang bercanda. Dan entah kenapa pada saat usiaku menginjak 40 tahun kata-kata itu sangat mengusik anganku. Ternyata perjalanan hidup yang kulewati terlalu jauh menyimpang arah dari impian masa kecilku.

Sambak, ini adalah nama dukuh (bagian dari desa). Sebuah perkampungan yang menjadi saksi bagiku untuk melaui indahnya masa anak-anak. Indah..? untuk masa itu terasa indah juga. Ketika main gasing dari kayu petai cina, main yoyo oleh-oleh emak dari pasar, main dor-doran dari cabang bambu di sawah pinggir desa, lumayan indah untuk dikenang. Tapi di manja?? Ah .... jauuuh.! Benar ....jauuh. Sengsara? Menderita? Tidak juga. Mungkin wajar dan cukup istilah yang tepat untuk masa kecilku. Dengan keberadaan kedua orang tuaku tidak ada kesempatan bagi keduanya untuk memberikan kemanjaan untukku. 

Di usia remaja aku ikut nenek. Kuripan mungkin maksudnya kahuripan, desa dengan nuansa santri tempat nenekku tinggal. Kehidupan yang biasa-biasa saja seperti remaja yang lain. Tidak ada yang luar biasa. Foya-foya?. Ingin sih foya-foya, tapi tidak ada peluang. Maklum ikut nenek, sehingga nggak ada modal untuk foya-foya.

Yang membebani pikiranku sekarang adalah diusia dewasaku kini, apakah angan-angan ketigaku juga tidak bisa terwujud? Keresahan dan gundah gulana benar-benar membebani hati dan pikiranku.Apakah ketika di manja dan foya-foya tidak sempat menjadi kenikmatan, diusia dewasaku sekarang kaya-pun jauh dari harapan??

Harus kaya, yang aku yakini bila aku kaya, tidak mungkin aku merogoh kantong sedalam-dalamnya untuk mencari uang receh bila hendak beramal atau bersedekah. Aku masih tetap tersenyum meskipun yang ku berikan kepada peminta-minta adalah uang bergambar Soekarno-Hatta. Dengan mudah lisanku berkata ”berapa kekurangannya, biar saya yang menyelesaikan” ketika ada saudara kita mengajukan proposal pembangunan sekolah atau masjid. Banyak peluang dan kesempatan untuk meningkatkan rasa sosial dan keagamaan bila saya kaya. Setidaknya anak-anak bisa sekolah dengan layak dan bekecukupan.

Ciledug, pinggiran Ibukota ,Jakarta.
Disini kaki berpijak, setapak demi setapak melangkah menuju pencerahan dan berkelimpahan. Pencerahan dalam bathin, nurani dan sanubari, dengan sinaran keimanan sehingga langkah kehidupan selalu bijak dalam kebajikan bersama kasih Illahi Robbi. Berkelimpahan kekayaan dan kesehatan. Ini adalah kewajaran yang menjadi harapan. Anak-anak bertambah banyak dan makin besar yang harus tercukupi kamar tidurnya dan segala keperluan hidupnya. 100 m2 dengan dua lantai full mungkin cukup untuk tempat tinggal keluarga yang nyaman. Rumah dengan ukuran 100 m2 yang dibangun dua lantai penuh tidaklah terlalu berlebihan untuk keluarga kecilku dengan 5 anak-anakku. Yah, rumah kecil ini harus dibangun di lahan 1000 m2 . Lahan yang cukup untuk anak-anak bermain agar terjaga kesehatanya, untuk refresing bila kelelahan mendera, dan menjalin silaturahim dengan teman dan sahabat.

Wajar ...., ya wajar memang sudah fitrahnya.
Saya akan kaya dan masuk surga.
Saya tidak mengerti bagaimana Tuhan menjawab harapan saya. Yang kumengerti , Aku harus meminta kepada-Nya. Dan Kuyakin Tuhan akan menjawab dengan cara-Nya.




Sabtu, 15 Mei 2010

bukan bisnis biasa



ketika mendengar kata BISNIS ONLINE nyali saya ciut karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang kumiliki, boro-boro untuk bisnis sedang menggunakan internet saja masih "grotal-gratul" ketinggalan zaman. Meski sebenarnya rasa ingin tahu di dalam hati sangat sulit untuk kubendung. Tapi bumi terus berputar dan waktupun bergerak, sehingga keinginan untuk mencoba sesuatu yang baru tentang bisnis online semakin tak terbendung.

bukan kembang kertas

mari berbicara tentang kembang. bukan kembang biasa yang sering Anda jumpai di taman atau ditepi jalan dengan rona warna dan aroma mewangi. bukan pula kembang kertas yang indah di sudut ruang yang diam membeku tak perduli waktu. tapi ini adalah kembang kehidupan yang keindahanya bukan sekedar karena elok warnanya, aroma wanginya, tapi sampai kita bisa rasakan manisnya hingga kerelung jiwa yang paling dalam. ya inilah kembang kehidupan.

mari bertutur kata rangkai cerita 
BANTEN